seandainya itu kamu.

 


Kapan ya, aku bisa menjemput bahagiaku?

Rasanya, tidak pernah ada sedikit celah untuk bahagia itu datang. Apa mungkin aku sudah terlalu cinta dengan luka  dan sakit yang tidak berkesudahan ini?

Aku tidak pernah terpikir walau sedetik, hari ini akan datang juga. Ternyata, kalimat bahwa "people come and go" itu nyata adanya. Kukira, semua orang bisa tetap tinggal karena adanya cinta. Namun, justru semua berawal dari cinta, lalu orang-orang di sekitar kita mulai melangkah ke arah yang berbeda.

Jika ada satu permintaan yang boleh kuajukan, aku ingin kembali mengulang sekali saja. Aku ingin kamu tetap sama. Semua terjadi begitu saja, tanpa aku mempersiapkan apa-apa. Aku lalu akan menikmati waktu yang ada kamu di dalamnya. Kemudian aku akan perlahan menata hati bahkan sebelum kamu bahkan memulai pergi. 

Sepertinya, memang tidak ada manusia yang siap dengan perubahan yang begitu tiba-tiba, ya? Apalagi ini berkaitan dengan orang yang begitu hangat kepada kita, orang yang begitu kita harapkan untuk keberadaannya selalu di sisi kita, lalu kemudian orang tersebut ternyata tidak bisa sesuai dengan ekspektasi yang kita inginkan.

Tapi, ini bukan salah siapa-siapa. Bahkan mungkin hanya kesalahanku yang terlalu banyak menuntut, meninggikan ego, dan terlalu main aman di zona nyamanku, sehingga tak punya sedikitpun bayangan di benak, bahwa kamu akan pergi juga.

Seandainya itu kamu,

akankah luka juga menghilangkan senyummu?

Seandainya itu kamu, 

akankah aku kau minta untuk pulang jua?

Seandainya itu kamu, 

akankah kamu melepas dan merelakan?

Seandainya itu kamu..

Ah, tapi sayangnya ini aku. Bukan kamu. 


- jeruksunkist

Comments

Popular posts from this blog

rumah.

tidur.