tidur.
Malam sibuk bergelut dengan pikiran sendiri. Lalu, ketika bangun di pagi hari, rasanya gelisah. Mempertanyakan kepada isi kepala sendiri, "hari ini akan ada masalah apa lagi, ya?" Benar-benar kosong pagiku beberapa waktu belakangan ini. Entah harus kudefinisikan seperti apa lagi, yang jelas, kuharap kau tak pernah mengalaminya.
Apakah kamu tahu rasanya? Badanmu terasa lemas dan kosong, hatimu tak karuan, dan pandanganmu hampa. Rasanya seluruh aktivitas yang kulakukan tidak ada maknanya. Sia-sia saja. Di tengah riuh ramai sekitar, masih tentang kamu saja yang memenuhi isi kepala.
Kira-kira, jarak yang kamu ciptakan di antara kita ini, mampu membuatmu merasa tidur nyenyak di malam hari? Sepertinya iya, karena kamu tampaknya biasa saja setelah semuanya menjadi seperti ini. Kamu bisa tidur tenang, tengah aku yang dipeluk tangis tak mampu memejamkan mata di sudut kamarku.
Sebenarnya ingin sekali bisa mengeluarkan beban yang ada di pikiran belakangan ini. Semuanya isinya kamu. Ingin sejenak berlalu, melupakannya walau singkat, atau sekedar mengalihkan sedikit perhatian, karena aku tahu, sedih butuh jeda juga. Namun, berusaha menyibukkan diri agar bisa melupakan sesuatu is another level of pain. Menyakitkan. Mengerikan.
Ya, yang bisa kulakukan saat ini agar sejenak mampu melarikan diri dari segala kenyataan yaitu dengan tidur. Setidaknya di sana aku bisa menemukan kamu yang aku inginkan. Bukan kamu yang sekarang. Kamu yang masih dengan peluk hangatmu.
Selain suka ketiduran, aku juga suka lupa, kalau kita nggak bisa kayak dulu lagi.
-jeruksunkist
Comments
Post a Comment