Aku (tidak) baik-baik saja.


Tak ada pergi yang baik-baik saja.

Ternyata pergimu karena memang tak ada lagi rasa. Rasamu menjelma biasa saja. Aku bukan lagi tentang tempatmu untuk kembali rehat. Begitu mudahnya pergi kau lakukan, sehingga luka yang kau toreh tak lagi mudah untuk kuhitung. Lalu kudapati diriku sendiri yang masih tetap tinggal. Entah karena masih belum puas dilukai atau malah masih terlalu cinta untuk mengakhiri. 

Sehening dan sehalus apapun, pergimu tetaplah pergi. Tidak ada pergi yang tak melahirkan rasa sakit dan sepi. Tidak pernah ada yang baik-baik saja setelah itu. Pikirmu, semua akan menjadi mudah hanya dengan kata "lupakan aku, kau pantas mendapatkan yang jauh lebih baik," begitu?

Pergi selalu membawa tangis di belakangnya. Sekeras apapun aku mengusahakan untuk tetap menarik lekuk di bibir, air mataku jatuh juga. Aku bukan akhir dari tualangmu. Terlalu banyak belahan dunia yang masih abu-abu, membuatmu selalu ingin mencari tahu. Aku paham tentang hal itu. 

Tak usah memintaku untuk menjaga diri, sebab pergimu telah menghilangkan aku, diriku, dan segala tentang kita. Tak usah memintaku untuk tidak larut dalam kesedihan, sebab pergimu adalah dasar jurang berisi sedih dan luka tak berkesudahan.

Tak usah memintaku untuk baik-baik saja, sebab tidak pernah ada hal baik di dalam kepergianmu. Satupun tak kutemukan.

Lagi-lagi, ternyata kau telah mempersiapkan pergimu itu dengan rapi dan itu mampu membuatku hampir mati.

Jika pergi membuatmu mampu menemukan apa yang sedang kau cari, maka pergilah.


Aku tentu (tidak) baik-baik saja.


by jeruksunkist




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

rumah.

tidur.

seandainya itu kamu.